Mengeja Bahagia (Pemenang Lomba GiveAway #MengejaBahagia)

Newzizzahaz, 23 Juni 2017. Sebelumnya saya akan tulis arti kata, ejaan, dan contoh penggunaan kata “bahagia” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Bahagia : ba·ha·gia 1. keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan): bahagia dunia akhirat; hidup penuh bahagia; 2. beruntung; berbahagia: saya betul-betul merasa bahagia karena dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga; Seperti itulah sekilas tentang arti bahagia.

Berdasarkan definisi di atas, bahagia tentunya menjadi idaman semua orang. Alangkah indahnya bisa bahagia, merasakan senang, tenteram, bebas dari kesusahan…. ahhh… pasti senyuman yang akan selalu tersungging di bibir, tidak ada istilah “merengut” yang tentunya jelek sekali bila dipandang. Iya… senyum yang tersungging di bibir terasa indah dipandang, memberikan ketentraman pada yang memandang.



HATI YANG GUNDAH TERASA SENANG
BILA MELIHAT SENYUM HATIKAN TENANG
TAPI SENYUMLAH SEIKHLAS HATI
SENYUMAN DARI HATI JATUH KE HATI

(Lirik Senyum-Raihan)



Mengeja bahagia … tentunya bahagia tidak akan datang dengan sendirinya. Secara definisi seperti di atas, tapi untuk mewujudkan bahagia bukan hal yang mudah tentunya.

Pertama kita tentunya akan mencari hal-hal yang menurut kita bisa membuat kita bahagia. Bahagia merupakan konsep yang subjektif karena setiap orang memiliki tolak ukur yang berbeda-beda.

Setiap orang juga memiliki faktor yang berbeda sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya. Ada orang beranggapan bisa bahagia bila punya uang banyak, ada juga yang mengidamkan pernikahan sebagai sumber kebahagiaan, ada yang mengatakan bisa menduduki sebuah jabatan tinggi merupakan sumber kebahagiaan. Yang jelas semua orang punya parameter sendiri-sendiri.

Mengeja bahagia… Kadang ada sebagian orang yang mengatakan bahwa bahagia yang bersumber dari uang, jabatan, dan ketenaran merupakan kebahagiaan semu. Bisa jadi begitu… banyak orang rela berkorban diri, bahkan mungkin mengorbankan orang lain untuk meraih uang yang banyak, jabatan yang tinggi, atau ketenaran yang membanggakan. Tapi apa dinyana, semua itu hanya menimbulkan kebahagiaan semu… semakin dimiliki bukannya semakin puas, malah ingin memiliki yang lebih. Punya uang sekeranjang jadi pingin dua keranjang, jadi camat kurang puas pingin jadi bupati begitu seterusnya seakan tak ada habisnya.



DUNIA IBARAT AIR LAUT
DIMINUM HANYA MENAMBAH HAUS
NAFSU BAGAIKAN FATAMORGANA
DI PADANG PASIR
PANAS YANG MEMBAHANG DISANGKA AIR
DUNIA DAN NAFSU BAGAI BAYANG-BAYANG
DILIHAT ADA DITANGKAP HILANG

(lirik Antara Dua Cinta-Raihan)



Mengeja Bahagia… Lalu, apakah kita tidak boleh punya uang banyak, tidak boleh menjadi Presiden, tidak boleh setenar Christiano Ronaldo? Apakah dunia benar-benar hanya menjadi sumber kebahagiaan semu?

Tentunya tidak demikian adanya, justru dunia kita perlukan untuk sarana menuju akhirat kita. Bolehlah kita menjadi presiden, karena dengan menjadi presiden, suara dan pendapat kita akan dipatuhi.

Perintah kita lebih mudah untuk ditaati, berbeda kalau kita hanya jadi rakyat biasa. Setiap kebaikan yang kita tebar akan menjadikan kebahagiaan bagi banyak orang, dan tentunya kita juga menjadi bahagia bila bisa menebar kebaikan terhadap sesama.

Iya… mumpung jadi Presiden, buatlah perintah kebaikan yang membawa kebahagiaan sebanyak-banyaknya, di situlah nanti akan didapat kebahagiaan yang sejati dari menjadi presiden.

Punya uang banyak juga akan membuat kita lebih mudah untuk bersedekah. Kita bisa menebar kebaikan dari sedekah kita yang tentunya akan membuat orang lain bahagia, dan kebahagiaan mereka merupakan kebahagiaan kita juga.

Uang yang disedekahkan akan sangat berguna bagi orang banyak. Begitupun bila kita bisa setenar Christiano Ronaldo, kita bisa berperilaku yang santun, religius, saleh, karena orang yang tenar itu menjadi publik figur, apa yang dilakukan akan banyak ditiru orang.

Tentunya kita akan bahagia bila kebaikan kita akan diikuti orang banyak, yang tentunya menjadi ladang amal bagi kita. Na… itu khan, bisa jadi rasa bahagia yang hakiki, bukan kebahagiaan semu.

Trus, kalau kita jabatan saja tidak punya, uang pas-pasan, dan satu RT saja ada yang tidak mengenal kita, apakah bahagia bisa kita raih?

Mengeja bahagia…. Kali ini saya mencoba menemukan wajah-wajah bahagia, bahagia yang sebenarnya, juga bahagia yang tidak harus mempunyai kedudukan yang tinggi, uang yang melimpah atau ketenaran yang membuat orang seluruh dunia mengenalnya.

Ada yang bilang, bahagia itu begitu sederhana, dari hal-hal yang sepele kita bisa mendapatkan rasa bahagia.

Barusan saya memasuki sebuah ruangan perawatan bayi sehat, terlihat beberapa bayi tertidur dengan nyenyak, tampak dari wajahnya sebuah rona bahagia.

Kadang ada senyum lucu ditengah-tengah tidur mereka yang serta merta membuat saya ikut tersenyum, ikut merasakan kebahagiaan mereka. Iya… Mereka begitu bahagia karena tercukupi kebutuhan ASI nya, sebuah sumber kebahagiaan bagi sang bayi.

Menuju ruang depan rumah sakit saya dapati wajah bahagia teman-teman yang mengantri di depan ATM BRI.

“THR sudah keluar…” demikian info sejuk ini cepat menyebar seantero karyawan. Besaran THR adalah 1x take home pay, sudah cukup membuat kami merasa bahagia. Tidak tersimpan lama di kotak ATM, uang berpindah ke kantongku.

“Alhamdulillah,”Ucapan istriku ketika menerima uang THR yang juga tak lama ngendhon di kantong celanaku. Ucapan syukur tanda bahagia, tak lama juga anak-anakku merasakan kebahagiaan karena baju baru untuk lebaran sudah terpajang di almari.

Belajar Bahagia pada Pedagang Bakso Wonogiri

Saya mengenalnya ketika tahun 90-an, jualan bakso Wonogiri di sebuah rumah sewa pinggir jalan. Jualannya laris banget, tidak mengherankan karena memang rasa baksonya begitu nikmat.

Sekarang setelah 20 tahun lebih warung baksonya masih eksis, tetap menghuni rumah sewa sebagai tempat usahanya. Rumah sewa yang sekarang berbeda dengan yang dahulu, kalau tidak salah beliau sudah pernah pindah tempat usaha sebanyak empat kali. Walaupun berpindah-pindah tetapi usahanya tetap ramai.

Menurut saya, bila dilihat dari usahanya yang terbilang cukup sukses menarik pelanggan, harusnya dalam waktu 20 tahun sudah bisa membuat banyak cabang. Saya yakin bila ada cabang di tempat lain pasti akan laris manis juga. Saya lihat rumahnya juga tidak mewah-mewah banget, kendaraannya juga kelas biasa saja.

“Koq tidak buka cabang di tempat lain pak?” Pernah suatu ketika saya iseng bertanya kepada empunya warung bakso tentang uneg-uneg saya.

“Tidak ada dana mas”

Wih… koq kelihatannya tidak percaya kalau tidak ada dana, uang tidak berkokok, begitu orang sering bilang.

“Tidak ngutang saja to pak?”Saya mencoba memberi usul yang asal saja.

“Nggak lah mas… Saya sudah bersyukur dengan keadaan sekarang. Hasil saya sudah cukup untuk hidup, kalaupun mau buka cabang tidak usah dengan hutang.

Hutang apalagi hutang riba hanya bikin hati tidak tentram, tidak tenang, dan tidak bahagia. Apa yang ada disyukuri, biar bahagia. Alhamdulillah meskipun usaha saya tidak besar-besar banget tapi tetap bisa bertahan sampai sekarang.”

“Pernah tidak laku pak jualannya?”

“Iya… Pernah. Orang usaha itu laku atau tidak laku itu hal yang biasa. Kalau laku itu bersyukur, kalau tidak laku ya bersabar. Enak saja di pikiran, tidak usah dipikir berat-berat.”

Manggut-manggut saya mengiyakan apa yang dikatakan bapak itu. Catat… Bahagia cukup dengan mensyukuri apa yang ada dan bersabar di kala mendapat kerugian. Ini selaras dan sejalan dengan sebuah hadits yang menggambarkan bahagianya menjadi muslim sejati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”

(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).



BETAPA INDAHNYA KEHIDUPAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN
SEGALA YANG TERJADI DI DALAM DUNIA INI
BAGI MEREKA TIADA YANG MERUGIKAN
SEGALANYA DIJADIKAN PELAJARAN

SAAT BERADA DI ATAS, TIADALAH BERPONGAH DIRI
KARNA KEKAYAAN BUKANLAH UNTUK DIBANGGAKAN
NAMUN DISYUKURI DAN DIBERI KEPADA YANG MEMERLUKANNYA

SAAT BERADA DI BAWAH, TIADALAH BERPUTUS ASA
KARNA KEMISKINAN BUKANLAH UNTUK DICELA
NAMUN DIHIASI DENGAN KESABARAN AGAR TAMPAK INDAH
DAN ALLAH PUN SEMAKIN CINTA

SUBHANALLAH
ALHAMDULILLAH
WA LAA ILAHA ILALLAH
ALLAHU AKBAR

BEGITULAH KEHIDUPAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN

(Lirik Unik – Maidany)



Bahagia di Segelas Es Teh dan Sepotong Tahu Isi

Mengeja bahagia…. Sebelum saya menyelesaikan tulisan ini, saya sempat memperhatikan seraut wajah ceria di sebalik tiang masjid di depan Rumah Sakit saya bekerja.

Seorang laki-laki muda dengan senyum sejuk di wajahnya, ketika adzan maghrib berkumandang, sejenak ia berdoa pelan dan lirih, selanjutnya diminumnya es teh yang tersaji di depannya. Alhamdulillah… Kalimat thayyibah keluar dari mulutnya yang tampak basah, disusul dengan gigitan pada sepotong tahu isi yang sudah cukup mengenyangkan. Bahagia rasanya di finish puasanya meskipun hanya berbuka dengan segelas es teh dan sepotong tahu isi.

“Mau lagi bro… saya ambilkan,” Seorang teman di sampingnya menawari untuk tambah es tehnya.

“Sudah… Ini sudah mengenyangkan.”

Benarlah seperti sabda Rasul tentang bahagianya orang berpuasa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya): “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya, disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”

[HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151]

Mengeja bahagia… Bila bahagia dieja satu persatu agaknya tidak akan cukup lautan tinta untuk menuliskannya, juga akan membutuhkan berlembar-lembar halaman kertas. Carilah kebahagiaanmu dengan cara sederhana, karena kebahagiaan tidak harus dicapai dengan kekuasaan, uang dan ketenaran. JANGAN LUPA UNTUK BAHAGIA.



KULIHAT HARTA DUNIA DITANGAN SESEORANG
LAHIRLAH GUNDAH SEMAKIN DIA BERLIPAT BILANGAN
HINALAH SIAPA YANG MEMANDANG DENGA KEAGUANGAN
AGUNGLAH SIAPA YANG MEMANDANG DENGAN KEHINAAN

APABILA KAU TELAH MERASA CUKUP
PLALINGKAN PANDANGAN
AMBILLAH IA SEBATAS APA YANG ENGKAU PERLUKAN

HAKEKAT KEKAYAAN
KAYA AKAN JIWA
MESTI TAK BERBAJU
TAK BERALAS KAKI

TIDAKLAH PUAS MESTI LEBIH SEDERHANA
BILA MENERIMA SEDIKIT MERASA TERCUKUPI

(lirik Zuhud II – Suara Persaudaraan)



********

Tulisan ini merupakan juara pertama dalam lomba Give Away #MengejaBahagia oleh bang Parmantos dan dan Mbak Rifa Roazah yang diadakan dari tanggal 12 Juni hingga 2 Juli 2017.

#MengejaBahagia

#MaknaBahagia

Repost dari artikel Kang Nur – Mengeja Bahagia

4 thoughts on “Mengeja Bahagia (Pemenang Lomba GiveAway #MengejaBahagia)

Tinggalkan pesan