Memahami Integritas dari Novel Rencana Besar Karya Tsugaeda

Foto oleh Risha Hanizah

Sebuah resensi informatif dari Cinta Nungky Lestari

Judul: Rencana Besar
Penulis: Tsugaeda
Tebal: 372 halaman
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: Pertama, Agustus 2013
ISBN: 978-602-7888-65-4

***

Rencana Besar, sebuah novel thriller karya Tsugaeda. Menceritakan seorang pria bernama Makarim Ghanim, pendiri Makarim G. and Co., sebuah perusahaan jasa konsultasi bagi perusahaan yang memiliki masalah dalam pengelolaan sumber daya. Sahabatnya semasa kuliah dulu, Agung Suditama, wakil direktur Universal Bank of Indonesia (UBI), tiba-tiba meminta bantuan padanya untuk mengusut kasus fraud -istilah perbankan untuk menyebut tindakan pencurian, penipuan, dan penggelapan- di UBI sejumlah 17 milyar. Agung Suditama memberikan syarat bahwa penyelidikan itu harus dilakukan secara pribadi dan rahasia oleh Makarim. Olehnya, Makarim diberi waktu sebulan untuk menyelesaikan penyelidikan. Ia memberi tiga nama karyawan UBI dalam daftar tersangka: Rifad Akbar, Reza Ramaditya, dan Amanda Suseno.

Rifad Akbar, seorang patriot sekaligus pemimpin dari serikat pekerja. Reza Aditya, seorang pemikir yang lebih cocok menjadi calon profesor dan tengah mengalami demotivasi dalam bekerja. Dan Amanda Suseno, gadis muda, cantik, dan berprestasi yang mendapat dukungan langsung dari Agung Suditama. Ketiga nama ini, masing-masing mempunyai motif yang berbeda dan terselubung, sehingga para direksi yakin bahwa pelakunya merupakan salah satu dari mereka.

Makarim tak ingin menyia-nyiakan waktu. Dua hari setelah menyetujui tugas tersebut, ia terbang ke Surabaya, Jawa Timur, tempat ketiga tersangka bekerja. Dengan pengalamannya yang mumpuni, tak sulit bagi Makarim untuk menebak pelakunya. Namun, dua minggu setelah Makarim yakin siapa pelakunya, ia menemukan fakta baru. Angka 17 milyar itu, tepatnya Rp. 17.679.122.980,90 adalah nomor rekening seseorang bernama Ayumi Pratiwi.

Lalu, siapakah Ayumi Pratiwi?

Apa hubungannya dengan ketiga pelaku tadi?

Rencana besar apakah yang sebenarnya terselubung dalam kasus ini?

Kelebihan Buku: Pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika membaca novel tersebut berhasil memancing rasa penasaran saya. Penulis sangat teliti menceritakan keping demi keping kejadian. Satu per satu, misteri dikuak dengan sangat rapi. Ada saat saya terkecoh, penasaran, ada pula saat yang menegangkan, sedih, dan juga haru. Gaya bahasanya yang runut dan jelas memudahkan golongan awam -yang bukan orang perbankan- mampu memahaminya.

Kekurangan buku: Hanya saja, di awal cerita banyak disebutkan istilah perbankan yang asing bagi saya, sehingga saya perlu membaca catatan kaki yang sedikit mengganggu konsentrasi membaca.

Penilaian: Antara 1-10, saya memberi nilai 8. Untuk klimaks yang sangat apik dan membuat saya penasaran; untuk penggambaran tokoh Rifad, Reza, dan Amanda yang super keren; dan untuk ending yang mengharukan dan sempat membuat saya menitikkan air mata bahagia.

Terutama, karena saya menyukai ucapan terakhir Makarim pada halaman 368: “Jika kamu pernah merasakan dipukuli orang sampai babak belur, kamu jadi tidak takut apa pun karena yakin konsekuensinya pasti tidak sesakit dihajar orang.”

Secara keseluruhan, buku ini sangat bagus dan recommended untuk semua lapisan masyarakat. Meski di awal cerita banyak istilah perbankan, tapi jangan khawatir, karena penulis menjabarkannya dengan cara yang mudah dimengerti. Pelajaran tentang keteguhan hati pada prinsip, kesetiaan pada janji, sekaligus ketabahan dalam ketakutan dan tekanan adalah nafas buku ini. Penulis juga menyadarkan bahwa kesabaran akan membuahkan hasil, dan kebenaran bagaimanapun ditutupi, akan muncul ke permukaan pada waktunya.

Oh iya, saya ingin bercerita, pada malam terakhir saya menamatkan novel ini, saya sampai tersugesti dan bermimpi menjadi sosok Amanda Suseno. Dan saya ingin dengan tegas mengatakan, saya pasti sangat bangga jika suatu saat bisa menjadi sosok berkarakter sepertinya. Sabar, penurut, namun tetap berani mengungkap dan membela kebenaran.