[Kelas] Menulis dengan Hati

kelas-5

Oleh : Bang Diptra a.k.a Bang Anto

 

Apa itu menulis dengan hati?

Sebenarnya kita tak perlu membahas apa yang dimaksud dengan menulis dengan hati karena pasti kita sudah pernah menemukan tulisan orang yang kita anggap ditulis dengan hati.

Atau bahkan kita sendiri yang menulis dengan hati di blog masing-masing?

Menulis dengan hati adalah aktivitas menulis dengan melibatkan segenap perasaan sehingga apa yang sedang dirasakan dalam hati dan pikiran bertransformasi menjadi untaian kata-kata. Contoh yang paling terkenal, sebut saja karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi.

Bagi yang sudah pernah membacanya, Andrea Hirata menceritakan memorinya yang begitu membekas semasa SD. Kisah tentang sekolahnya, teman-teman seperjuangannya, ibu gurunya, keluarganya, dan lingkungannya. Sebenarnya terasa sekali nuansa emosi yang dihadirkan Andrea Hirata dalam novelnya tersebut.

Maka, tak heran jika Laskar Pelangi melegenda.

Contoh lainnya adalah apa yang ditulis oleh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari. Karya beliau yang terkenal yaitu al-Hikam. Isinya merupakan perjalanan batin Ibnu ‘Athaillah mengenal Tuhan, yang tak lain merupakan sebentuk cintanya kepada guru-guru serta ajarannya. Dua guru utama beliau tidak sempat menuliskan petuah-petuahnya, dan ini mendorong Ibnu ‘Athaillah untuk menulis.

Lebih jelas lagi kecintaan Ibnu ‘Athaillah kepada kedua gurunya, beliau tuliskan dalam kitab Latha’iful Minan yang berisi biografi Syekh Abu Hasan as-Syadzili dan Abu Abbas al-Mursi. Kitab-kitab itu merupakan goresan kecintaan dari seorang murid terhadap gurunya.

Untuk contoh lainnya, bisa kita temukan sendiri sesuai dengan jenis bacaan yang memang kita sukai.

Namun jika ingin contoh yang lebih sederhana lagi, hal ini bisa dikategorikan sebagai kegiatan menulis dengan hati. Yaitu artikel-artikel yang terposting di blog. Atau lebih privat lagi, buku harian. Alias tempat curhatan. Tulisan di dalam sini juga termasuk tulisan yang dihasilkan dari hati.

Dan dari sekian banyak tulisan yang dihasilkan melalui proses hati, akan menemukan kesamaan. Yaitu : ketika dibaca, otomatis akan menggerakkan emosi atau perasaan kita.

Tapi, apakah bedanya dengan tulisan-tulisan yang kesannya ditulis dengan hati (sebagaimana yang dipaparkan, bahwa tulisan yang dihasilkan melalui proses hati akan menggerakkan emosi pembaca sebagai hasil rekayasan psikologis) namun sesungguhnya hanya pencitraan belaka?

Memang susah menyeleksi tulisan hati dengan tulisan citra. Kita hanya bisa melihat ini dari niat penulisnya sendiri. Atau lebih jelas lagi, sedikitnya kita mengenal kepribadian si penulis. Meski memang apa pun yang kita izinkan siarkan kepada publik dari diri kita memiliki kecenderungan ‘menghebatkan-diri’. Tapi kepribadian penulis tetap bisa dijadikan referensi menilai apakah karyanya ditulis dari hati atau pencitraan saja.

Lalu, bagaimana dengan tulisan ilmiah? Apakah jenis tulisan ini bisa ditulis dengan hati? Yang jelas, karya ilmiah itu ditulis melalui proses riset. Nah, risetnya itulah yang mestinya kita cintai.

Sementara dalam sastra, seperti puisi, apakah menulis dengan hati, yang memiliki definisi paling dangkal, yaitu sebagai media curhat-estetis, tetap dihitung sebagai karya yang ditulis dengan hati? Jawabannya ada pada masing-masing orang. Terutama si penulis puisi sendiri. Yang jelas, sebagai manusia, kita memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri.

Akhir kata, setiap penulis pastinya memiliki jodoh masing-masing. Setiap karya akan berjumpa dengan pembaca setianya masing-masing.

Sekian materi kelas Obrolin yang disampaikan oleh Bang Diptra. Meski menulis dengan hati kadang terbentur oleh proses pencitraan, jangan cepat putus asa dengan karya yang telah dibuat. Apalagi jika tak ada peminatnya. Segala sesuatu pasti membutuhkan proses. Termasuk cinta yang kita curahkan pada tulisan, suatu saat nanti akan terbalaskan.

Semangat menulis!

 

**)Tulisan ini adalah hasil kelas online yang diadakan oleh komunitas Obrolin pada Minggu malam, 11 Juni 2017, pukul 20.00-23.000 WIB dengan moderator Kak Rissaid.         

 

9 thoughts on “[Kelas] Menulis dengan Hati

Tinggalkan pesan